Bloge Wong Brebes

Selamat Datang Di Bloge Wong Brebes

Minggu, 25 Januari 2015

Asal-Usul Desa-desa Di Kota Brebes

Asal Usul Desa Pasarbatang
Pada zaman dahulu kala didaerah Brebes termasuk daerah jajahan Belanada. Suatu hari seorang pemimpin penduduk dari daerah Sawojajar berusaha untuk menyulut semangat rakyat untuk melawan penjajah tersebut, kemudian rakyat tersebut pun berbondong-bondong menuju markas para penjajah tersebut, sesampainya didaerah Pemali dekat Pendopo Brebes rombongan rakyat Sawojajar tersebut bertemu dengan rombongan rakyat lain dari daerah yang sekarang bernama Kauman yang dipimpin oleh seorang tokoh agama atau Kyai. Tak lama kemudian mereka sampai tempat tujuan dan peperangan pun pecah, para rombongan berperang gagah tangguh, dengan alat seadanya meskipun dengan alat bambu runcing dan parang tajam yang sederhana mereka dapat melumpuhkan sebagian pasukan. Mereka menebas kepala Belanda tanpa ampun dan menusuk seruncing bambu agar menancap di tubuh para panjajah hingga mati perlahan.
Setelah hampir sebagian besar para penjajah hampir kalah, Belanda pun meminta bantuan kepada para pasukan terdekat dibeberapa daerah untuk bergabung dan membawa senapan mesin, disini lah para pahlawan kita kewalahan mundur mencari perlindungan dan banyak para rakyat yang tewas karena senjata penjajah tersebut. Dan para pejuang yang masih hidup itu belari kearah utara yang kebetulan sebagian daerah tersebut bekas hutan yang di jadikan tanah lapak yang luas dan masih sedikit orang yang menetap di sana, sebagian bersembunyi sebagian lagi menjaga daerah depan, belakang dan samping.
Tetapi bagaimanapun tenaga para pejuang tiada berdaya karena kekurangan stok makanan dan kurangnya istirahat. Akhirnya pun sebagian dari yang tersisa tertangkap dan di bunuh dengan sadisnya, kekalahan para pejuang pun tidak terelakan lagi, banyak mayat manusia yang bergeletakkan disana sini.
Pada akhirnya daerah yang penuh mayat manusia tersebut banyak sekali tergeletak seperti Pasar Mayat, lambat laun daerah tersebut di penuhi penduduk dan mereka menyebut daerah tersebut dengan “PASARBATANG”, “Pasar” yang berarti tempat ramai, sedangkan “Batang” berarti Bangkai/ Mayat.
 Versi cerita lain mengatakan bahwa nama Pasarbatang diambil dari nama penduduk daerah batang yang banyak berdagang kemudian menjadi pasar didaerah tersebut yang sekarang dinamakan Pasarbatang.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Tengki
Dahulu kala, ada seorang warga cina yang sedang menelusuri hutan. Dari hutan ke hutan beliau telusuri hingga sampai di hutan yang menurutnya bisa untuk disinggahi dan untuk meneruskan serta melangsungkan hidupnya. Di pinggir hutan, beliau mendirikan gubug kecil sebagai tempat istirahat dikala rasa penat dan lelah menjeratnya. Beliau bernama “TENGSEN”. Ketika beliau datang ke hutan ini, beliau selalu di terangi oleh lampu gantung yang di bawanya kala itu. Setiap hari beliau menjual hasil hutannya kepasar demi memenuhi kebutuhan sehar-hari. Karena pada saat itu di hutan beluma ada penghuninya maka tak heran jika disetiap beliau pergi tak pernah lupa membawa lampu gantung itu yang digunakan pula sebagai penerang jalan.
Suatu ketika, saat beliau berjualan di pasar, barang dagangan kemarin di jual masih tersisa, pasti di jualnya kembali di pagi harinya. Begitupun seterusnya. Saat itu juga beliau mengajak temannya untuk berkunjung kerumahnya itu. Disana, sang teman bertanya kepada tuan Tengsen tentang barang dagangan yang kemarin tersisa dari jualannya itu. Dan tuan Tengsen pun menjawab “Barang ini akan di jual lagi ketika pagi nanti di saat ku berjualan dipasar”.
Lambat laun, usia tuan Tengsen pun terus bertambah, hingga beliau tua dan tidak sanggup lagi untuk berjualan karena beliau sering sakit-sakitan. Alhasil , dikala tuan Tengsen sakit dan sebelum meninggal, beliau sempat bepesan kepada temannya tersebut untuk menamai Hutan tersebut menjadi suatu desa yang bernama “Desa Tengki” yang dalam bahasa jawanya “Ora Enteng Nganggo Sekiki” atau jika tidak habis untuk besoknya lagi. Setelah beliau meninggal, kemudian banyak orang yang berdatangan dan menetapdi Desa Tengki itu. Sehingga yang dulunya hutan belantara menjadi sebuah pemukiman warga yang mayoritas penduduknya adalah Petani.
Adapula yang mengatakan bahwa Desa Tengki terbentuk karena pada saat itu ada orang keturunan Arab yang membawa lentera minyak. Lentera tersebut menjadi bahan rebutan antara orang Arab dengan orang Cina. Adapula yang mengatakan pada zaman dahulu tentara Belanda membawa Tank dan bertempur di hutan tersebut hingga Desa Tengki Banyak mengandung Istilah Yaitu yang Pertama TENGKI (Ora teng go sekiki). Yang kedua (Teng nggo saiki) dan yang ketiga tempat minyak yaitu (Tangki) dan mobil Tank yang lama kelamaan berubah menjadi Tengki.
Kebudayaan yang ada:


~ Sedekah Bumi
~ Sedekah Laut
~ Unggah-unggahan
~ Burok
~ Sintren
~ Suranan
~ Mudun-mudunan

Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Banjaranyar Lor
Dahulu sebelum di bangun Desa yang terlihat adalah bentangan sawah yang tidak terlalu lebar, yang diapit oleh dua Desa Di sebelah timur Desa Kaligangsa dan sebelah barat Desa Limbangan. Sawah-sawah yang tidak terlalu lebar itu di tanami berbagai macam sayuran dan padi oleh pemiliknya. Sawah tersebut dominan milik warga Desa banjaranyar.
Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan, haripun berganti hari salah, satu petani warga banjaranyar mempunyai keturunan dan ingin memberi warisan sebuah sawah untuk di kerjakanya akan tetapi sawah yang di warisi itu pun tidak lagi untuk ditanami, melainkan untuk di jadikan rumah dengan alasan untuk tempat berteduh. Akhirnya jadilah rumah anak petani di tengah tengah sawah.
Suatu ketika petani lain mulai resah dan tidak mau melanjutkan pekerjaan bertani karena tidak  setiap panen menghasilkan keuntungan melainkan rugi yang di dapat. Oleh sebab itu sebagian petani  mulai mengganti  provesinya  sebagai pedagang karena tidak mempunyai modal, maka sawah tersebut di jual, ada pula karena faktor keuangan dan faktor warisan. Karena faktor itu jadilah sebuah desa akan tetapi warga yang menetap kebingungan dan ada salah satu warga mengusulkan nama Banjaranyar Lor karena dahulu merupakan sawah didominan milik warga Banjaranyar. Nama lor dikarenakan logat dari penduduk di sekitar dan Desa yang paling utara.
Ada beberapa pendapat orang  mengenai  Banjaranyar lor yang dahulu juga disebut dengan banjaranyar sidakna  karena warga ingin membangun sebuah desa atau istilahnya desa yang baru jadi.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Cipugur
Pada suatu pedesaan yang terpencil hiduplah seorang pemuda dengan keluarganya, ia belum menikah dan masih tinggal dengan orang tuanya. Suatu hari ia pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar di dekat pedesaan, kemudian pemuda tersebut merasa kelelahan dan ia memutuskan untuk istirahat sejenak, ia pun mencari tempat peristirahatan di bawah pohon yang cukup rindang dan sejuk. Kemudian mencari sesuatu yang sekiranya dapat di makan dan di minumnya, terlihatlah pohon dukuh yang berbuah manis, pemuda itu pun mengambil dan memakannya serta berfikir untuk menebang pohonnya untuk tambahan kayu bakarnya tersebut.
Pemuda tersebut pun menebangnya dan bergegas pulang menuju rumahnya, keesokan harinya pemuda itu kembali mencari kayu bakar lagi di hutan, setelah ia sudah mencari kayu bakar kemudian bergegaslah ia menuju pohon dukuh yang kemarin di tebangnya. Dengan sangat mengherankan sekali ia berkata “Haa.a.ah kenapa pohon ini tumbuh lagi????” ujarnya.
Akhirnya pemuda itu pun kembali untuk menebangnya untuk kedua kalinya, setelah beberapa hari lagi ia menemukan pohon dukuh itu tumbuh lagi dengan subur dan berbuah, pemuda tersebut pun heran bukan kepalang karena mana mungkin pohon yang sudah di tebang sampai dua kali masih tetap tumbuh dengan sangat cepatnya hanya dengan hitungan hari dan malah lebih cepat lagi.
Pemuda itu belari menuju perkampungan dan mengabarkan temuannya tersebut kepada seluruh warga desa, warga pun menyukai pohon dan buahnya itu karena manisnya, dan warga pun mengusulkan untuk menjadikan pohon dukuh tersebut sebagai nama desanya.
Dari situlah nama Desa “Dukuh Cipugur” yang artinya Pohon dukuh yang tumbuh di suatu perkampungan yang subur.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Pulosari
Dahulu ada aliran sungai di bagian hilirnya tidak teratur, mulai di desa yang sekarang disebut “Buaran”. Air yang mengalir kearah barat dan ada pula yang menaglir kearah timur. Di antara cabang-cabang sungai itu terjadilah pengendapan yang dinamakan Delta. Penduduk sekitar menyebutnya “pulo/pulau”. Karena tampaknya memang seperti pulau kecil yang di kelilingi air. Meskipun di Delta itu masih banyak semak belukar tetapi masih ada yang tinggal disitu. Dia adalah seorang laki-laki yang berhidung besar bagaikan bawang merah yang bulat. Karena orang-orang menyebutnya “Mbah Penthul”.
Mbah Penthul adalah orang yang ceria, ramah, jenaka tetapi juga pemberani. Pada suatu hari, ada seekor harimau kumbang yang dapat di tangkapnya. Orang-oarang setempat mengetahui keberanian Mbah Penthul, lalu menyebutnya pentol atau pentolan. Harimau kumbang yang di tangkapnya dapat di jinakkan dan di pelihara dengan baik. Harimau tersebut di namakan”Kumbang Sari”. Makin lama Mbah Penthul terkenal di pulau itu, bahkan kadang-kadang mampu berbuat ajaib sehingga beliau di keramatkan oleh penduduk sekitarnya yang berada di sekitar tempat tinggalnya Mbah Penthul itu di sebuah delta atau pulau atau pulo dan beliau memelihara harimau yang di namai dengan kumbang sari.
Maka desa tersebut di beri nama pulau sari. Karena logat orang Brebes yang medhok dan ngapak-ngapak berubahlah nama desa tersebut menjadi “Desa Pulosari”.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah


 









Brebes Terkenal akan Bawang Merah  dan Telor Asinnya, dan sudah menjadi Icon sebagai lambang dari Kekayaan alam yang terdapat di Brebes.
            Serta terdapat tempat wisata yang sangat mengasikkan untuk di kunjungi di Brebes, di antaranya:
Pantai Randusanga atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pantai Randusanga Indah (Parin) berlokasi di Randusanga Kulon sekitar 7 KM ke arah utara dari jalan raya Pantura kota Brebes. Obyek wisata ini sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes yang dibangun sekitar tahun 2001, dan untuk saat ini keberadaannya dikelola oleh Kantor Pariwisata Kabupaten Brebes. Di sepanjang jalan menuju pantai Randusanga akan banyak ditemui perkebunan bawang merah yang terhampar luas, sedangkan mendekati lokasi pantai, akan banyak di temui tambak- tambak yang umumnya digunakan untuk budidaya bandeng  dan rumput laut.
Di lokasi pantainya sendiri akan dijumpai panorarama pantai yang masih alami disertai fasilitas mainan anak, mandi laut, panggung gembira, arena balap motor (grass track), camping ground, kafe dan rumah makan khas ikan laut bakar serta kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Brebes berupa telur asin dan bawang merah. Menjelang senja hari, para pengunjung dapat menikmati indahnya panorama terbenamnya matahari di cakrawala pantai.
Obyek Wisata Pantai Randusanga Indah memiliki panjang sekitar 2 Km dengan luas lahan sekitar 30 Ha, namun yang baru dikembangkan sekitar 10 Ha, berbagai atraksi wisata yang ada di obyek wisata ini yaitu atraksi wisata anak yang dilengkapi dengan panggung gembira anak-anak, kolam becak air dan waterboom, arena wisata remaja dan dewasa yang dilengkapi dengan bangunan pendopo, penggung hiburan terbuka dan kafe, arena wisata bahari berupa pemandangan laut yang dilengkapi dengan anjungan dan gazebo. Selain atraksi wisata, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas wisata untuk mendukung atraksi tersebut diantaranya yaitu mushola, toilet, fasilitas perdagangan, kantor pengelola dan lain sebagainya. Obyek wisata ini bisa menjadi trip alternatif untuk wisata sepeda atau jalan-jalan karena mempunyai garis pantai cukup panjang, dengan pasir pantainya yang tanpa batu dan udara laut yang segar sehingga menjadikan wilayah ini .
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan ,bahwa potensi pantai Randusanga sangat besar. Diantara potensi-potensi yang ada di pantai Randusanga ,yang paling bagus untuk dikembangkan untuk menjadi potensi binis secara online adalah potensi telur asin dan serta bawang merah yang ada disekitar pantai. Dengan cara promosi secara online diharapkan dapat meningkatkan wisatawan yang datang ke Randusanga, serta dapat meningkatkan penjualan hasil produksi diwilayah pantai Randusanga seperti Telor Asin dan Bawang merah.Disamping itu Potensi Tambak serata keanekaragaman jenis ikan terutama yang sangat berpotensi baik untuk bisa di jadikan usaha atau bisnis yang menjajikan bagi nelayan serta petambak yang ada diwilayah Pantai Randusanga.
            Dan masih banyak lagi yang pasti seru untuk berlibur dan untuk menghilangkan rasa penat anda.
 








     Masjid Agung Brebes         Pendopo Brebes






         



          Islamic Centre                Ciblon Boom











   KaliGua                      Waduk Malahayu

Legenda Asal-Usul Gunung Slamet

Gunung Slamet yang terletak di perbatasan Kabupaten Tegal, Pemalang, Brebes, Banyumas dan Purbalingga itu kembali menggeliat setelah lama tertidur sejak Mei 2009 lalu.

Kemarin, Gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini naik statusnya dari Normal menjadi Waspada. Warga di sekitar radius dua kilometer-pun diimbau untuk tidak melakukan aktivitas.

Bercerita tentang gunung, selalu ada mitos dan cerita rakyat yang berkembang. Tak ubahnya Gunung Slamet, gunung yang masuk di posisi kedua tertinggi di Indonesia setelah Gunung Semeru itu juga memiliki cerita sendiri.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat yang dihimpun zayinnews, Gunung Slamet pertama kali diberi nama oleh Syeh Maulana Maghribi, seorang penyebar agama Islam yang berasal dari negeri Rum-Turki. Di sana, dia merupakan seorang pangeran.

Suatu hari, setelah melaksanakan ibadah salat Subuh, Syeh Maulana melihat cahaya misterus yang menjulang tinggi di angkasa. Sang Pangeran itu merasa tertarik dan ingin mengetahui sumber cahaya misterius itu.

Beliau-pun memutuskan untuk menyelidikinya sembari menyebarkan agama Islam dengan ditemani pengikutnya yang sangat setia, bernama Haji Datuk, serta ratusan pengawal kerajaan. Mereka berlayar menuju ke arah sumber cahaya misterius.

Namun, ketika kapal yang ditumpanginya tiba di pantai Gresik, Jawa Timur, tiba-tiba cahaya tersebut muncul kembali  di sebelah barat. Dia pun memutuskan untuk ke arah barat hingga sampai di pantai Pemalang, Jawa Tengah.

Di pantai Pemalang, Syeh Maulana menyuruh hulu balangnya untuk pulang ke Turki. Sementara beliau melanjutkan perjalanannya dengan ditemani Haji Datuk dengan berjalan kaki ke arah selatan sambil menyebarkan agama Islam.

Ketika cahaya tersebut melewati daerah Banjar, tiba-tiba beliau menderita sakit gatal di sekujur tubuhnya dan penyakit gatalnya itu pun sulit disembuhkan.

Suatu malam, setelah menjalankan salat tahajjud, Syeh Maulana mendapat ilham jika beliau harus pergi ke Gunung Gora. Setibanya di lereng Gunung Gora, beliau meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya sendiri dan menunggu di suatu tempat yang mengeluarkan kepulan asap. Ternyata di situ ada sumber air panas yang mempunyai tujuh buah pancuran. Syeh Maulana memutuskan tinggal di sana untuk berobat dengan mandi secara teratur di sumber air panas yang memiliki tujuh buah mata air.

Berkat kemanjuran air panas itu, akhirnya penyakit yang dideritanya sembuh total. Kemudian Syeh Maulana memberi nama tempat ini menjadi Pancuran Tujuh.

Penduduk sekitar menyebut Syeh Maulana dengan nama Mbah Atas Angin karena datang dari negeri yang jauh. Kemudian Syeh Maulana Maghribi memberi gelar kepada Haji Datuk dengan sebutan Rusuludi yang dalam bahasa jawa berarti Batur Kang Adi (Abdi yang setia).

Sementara desa itu kemudian dikenal dengan sebutan Baturadi yang lama kelamaan menjadi Baturaden yang dalam penulisannya menggunakan satu "R" yaitu: Baturaden. Karena Syeh Maulana mendapat kesembuhan penyakit gatal dan keselamatan di lereng Gunung Gora maka beliau mengganti nama menjadi Gunung Slamet.

Sejarah Nama BREBES

Sejarah Asal-usul Kabupaten Brebes

Terdapat beberapa pendapat asal usul nama Brebes. Pertama mencoba menghubungkannya dengan keadaan alamiah daerah Brebes yang pada awal mulanya konon mempunyai banyak air dan sering tergenang air, bahkan ada kemungkinan masih berupa rawa-rawa. Mengingat banyak air yang merembes,
Yang kemudian munculah nama Brebes, yang selanjutnya mengalami "verbastering" (perubahan) menjadi Brebes

Pendapat kedua mencoba mengaitkannya dengan perihal masuknya agama Islam pada awalya ke Brebes, yang sekalipun dihalang-halangi namun ternyata masih juga merembes, yang dalam bahasa daerah disebut "berbes". Oleh karenanya muncullah kemudian nama Berbes, yang selanjutnya berubah menjadi Brebes. Pendapat yang ketiga mencoba menerangkan asal usul nama Brebes dari kata-kata "bara" dan "basah".
"Bara" artinya hamparan tanah datar yang luas, sedang "basah" berarti banyak mengandung air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes, yang kecuali merupakan air. Kedua-duanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang kacuali merupakan dataran luas, juga mengandung banyak air, karena perkataan "bara" diucapkan "bere", sedang "basah" diucapkan "beseh", pada akhirnya lahirlah perkataan "Bere basah", yang untuk mudahnya kemudian telah berubah menjadi Brebes.

 Ada juga terdapat cerita yang berkaitan denga kata yang akhirnya menjadi kota Brebes yaitu: diantaranya Salem-Bantarkawung terdapat gunung bernama "Baribis" dari gunung Baribis tersebut mengalir sungai "Baribis" yang mengalir melalui dataran bagian utara bermuara di laut Jawa dan setelah bergabung dengan aliran sungai-sungai yang alin merupakan sungai besar dipantai utara Jawa. Sungai Baribis ini, pada jaman dulu dianggap sebagai sungai yang bertuah = angker (Jawa) dan konon sungai tersebut juga banyak buayanya. Orang-orang tua pada saat itu banyak yang melarang anak cucunya untuk datang, menyeberangi, mandi dan sebagainya disungai tersebut. Terlebih dalam saat berperang orang tua selalu memberikan peringatan-peringatan yang melarang melangkahi/menyeberangi sungai tersebut. Untuk meyakinkan hal ini, mka terungkaplah sebuah legenda tentang perang Arya Bangah dengan Ciyung Wanara. Akibat menyeberangi sungai Baribis tersebut, Arya Bangah mengalami kekalahan.
Dari kepercayaan akan hal tersebut maka sungai Baribis itu dijadikan peringatan atau pepenget atau pepeling = pepali = larangan agar jangan sampai pada saat berperang melangkahi = menyeberangi sungai tersebut.
Karena sungai Baribis menjadi larangan dari kaum tua, maka sungai Baribis dikenal sebagai larangan, atau sungai pepali atau pemali, yang berarti pepalan atau larangan.
Jadi dahulu menurut tutur beberapa orang tua di daerah Brebes selatan sungai Pemali itu semula bernama sungai Baribis yang bermata air dari gunung Baribis. Kemungkinan itu sebabnya, daerah ini disebut daerah Baribis, yaitu daerah aliran sungai Baribis dan dari kata Baribis ini menjadi Brebes.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, nama-nama tempat si pulau Jawa ternyata merupakancermin dari keadaan alam disekitar masyarakat yang mendiami tempat-tempat itu dan cara berpikir mereka. Nama-nama itu bisa kita bedakan dalam dua golongan besar. Yang pertama, yang secara spontan telah lahir dari masyarakat di kota-kota itu sendiri, sedang yang kedua, yang dengan sengaja telah diberikan atau diperintahkan oleh suatu penguasa untuk dipakai, misalnya nama Surakarta Adiningrat, yang mula-mula telah dipergunakan oleh Sultan Pakubuwana II pada tahun 1745 untuk menyebut nama-nama tempat yang: 1. Berasal dari nama-nama tanaman, 2. Berasal dari nama-nama binatang, 3. Berasal dari nama-nama benda tambang, 4. Berasal dari nama-nama orang, 5. Mengingatkan kita pada suatu keistimewaan topografis.
Nama kota Brebes termasuk dalam katagori yang kelima. Dalam bahasa Jawa perkataan Brebes atau Mrebes berarti "tansah metu banyune" artinya "selalu keluar airnya" dan nama ini telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya, keadaan lahan di kawasan kota Brebes sekarang ini memang selalu keluar airnya. Adapun kota-kota lain yang juga memiliki nama-nama semacam itu, artinya yang telah lahir berdasarkan keadaan tanahnya pada awal mula sejarahnya, bisa kita sebutkan antara lain nama-nama kota Blora di daerah Jawa Tengah dan Jember di Jawa Timur. Nama Blora telah muncul oleh keadaan tanah di kawasan kota itu pada mula sejarahnya memang masih berupa rawa-rawa, sesuai dengan arti perkataan Blora atau Balora, yang merupakan sebuah perkataan bahasa Jawa kuna yang berarti rawa, sedang nama kota Jember telah lahir, mengingat pada awal mula sejarahnya keadaan tanah di kawasan kota memang benar-benar jember atau njember, sebuah perkataan dalam bahasa Jawa berarti reged ajenes, artinya kotor dan mengandung air.
Dari sumber yang dapat diketemukan, pada tahun 1640 / 1641, nama Brebes itu sudah mulai tercantum di dalam penulisan / laporan / daftar harian yang dibuat oleh VOC. Makin kesini makin banyak uraiannya, meskipun hanya dalam hal sebagai tujuan atau persinggahan pengiriman barang-barang penting dan bahan pokok, misalnya alat-alat untuk kompeni (VOC), bahan pakaian, bahan makanan dan sebagainya.
Nama Brebes itu sendiri pernah ditulis: Barbas, Barbos atau Brebes. Dari nama dan bagaimanapun juga asal usulnya atau apapun juga makna nama Brebes itu, kiranya bukanlah masalah bagi penduduk Brebes masa kini. Yang penting adalah mengambil hikmah dari dalamnya. Suatu kenyataan Wilayah Kabupaten brebes dianalisa dari segi lahan/tanah, curah hujan serta iklimnya, mempunyai prospek/masa depan yang cerah. Segala faktor penghambatannya Insya Allah akan dapat diatasi oleh generasi penerusnya.

Sumber : http://www.orangbrebes.blogspot.com

Cerita Legenda Jaka Poleng

Ana wong enom bagus tur gagah, arane Laksito. Laksito kerjane dadi tukang ngopeni jarane bupati Brebes. Kanjeng Bupati seneng karo hasil kerjane Laksito sing sregep lan selalu resik.
Waktu kuwe, kaya biasane, Laksito arep lunga ning sawah arep luruh suket go pakane Genta, jarane Kanjeng Bupati. Image"Bi, nyong ning sawah ndisit!" Laksito gemboran pamit karo Bi Ojah, bature Kanjeng Bupati sing lagi uprak-uprek ning pawon."Iya cah bagus, ati-ati yah?!" bibine njawab karo sibuk uprak-uprek, ora nglinguk ning Laksito.
Nggawa arit karo karung, Laksito mlaku nyusuri galenge sawah golet suket-suket sing rungseb tur ijo. Sampe anjog ning lapangan, dheweke mbatin, "Ehm, ning kene kyeeh sukete ijo-ijo nemen, pasti si Genta dokoh mangane." Terus Laksito mulai mbabadi suket-suket sing ana ning ngarepane. Sapisan-pisan, Laksito ngusapi keringet ning batuke nganggo tangane. Laksito terus mbabadi suket ora kesel-kesel.
Sawise olih sakarung kebek, Laksito kaya biyasane ngasoh ngisore wit gede. Diglegek banyu kendi sing digawa sing ngumah. Keringete gemryobyos seawak sekojur. Laksito lehe-lehe gelelengan kipas-kipas nganggo godong sing tiba sing wit.
Waktu Laksito lagi pan merem, dheweke weruh ana ula poleng ana mahkota emase ning endase. Laksito dadi penasaran mbuntuti ula kuwe. Laksito mlaku alon-alon ben ora diweruhi ula kuwe. Ula kuwe akhire mandeg neng rerungseban. Laksito melu mandeg. Matane menteleng mandengi ula poleng sing lagi nglungsumi. Pirang menit, akhire ula kuwe nglocop kulite. Laksioto mereki tempat kuwe sawise ula kuwe lunga. Teruse Laksito njukut bekas kulit ula poleng kuwe.
Laksito balik maning neng tempate nerusna pekerjaane. Rong karung kudu dikebeki.
"Uh, akhire kebek juga. Balik ah, wis ngelih." laksito mbatin karo naleni karung loro kuwe. Laksito ngasoh maning sedelat, teruse balik.
-~=oOo=~-
"Bi, aku ngelih, Bi, pan mangan," Laksito ngomong karo Bi Ojah. "Lha, To, kowen ning endi??" Bi Ojah gemboran lantaran kaget. "Nyong ning iringane Bibi!" ujare Laksito eram.
"Aja guyonan lha, To.. Bibi ora weruh kowe neng kene," Bi Ojah rada kewedinan.
"Nyong neng kene, Bi..." Laksito nyauti karo nyekeli tangane Bi Ojah.
Bi Ojah kaget ora kira-kira waktu ngerasakna tangane ana sing nyekeli tapi ora katon jruntunge. Bi Ojah langsung gemboran manjing ning padepokane Kanjeng Bupati, wadul karo kanjenge.
Ora suwe, Bi Ojah balik maning maring pawon karo Kanjeng Bupati.
Neng endhi, Bi?" takone Kanjeng Bupati penasaran karo ceritane Bi Ojah.
"Ampun Kanjeng, suarane neng kene miki." Bi Ojah nyoba ngeyakinaken Kanjeng Bupati.
Laksito! Kowen neng endhi? Kanjeng Bupati nggemborani Laksito.
Ampun, Gusti Kanjeng, hamba neng kene, neng iringane Gusti," jawabe Laksito.
"Lho lho lho, ko kowen ora katon?" kanjenge ya dadi kaget nemen.
"Ampun, Gusti, hamba ya ora ngert," jawabe Laksito ya mesih bingung.
Gusti Kanjeng Bupati sedelat rada meneng, ngrenung.
"Ana kedadiyan apa sing kowen alami sedurunge kiye?" takone Gusti Bupati.
Laksito meneng sedelat, mikir-mikir.
"O iya, Gusti, mau waktu hamba luruh suket neng sawah, hamba weruh ula poleng sing endase ana emase kemerlob repan nglungsumi. Terus hamba perhatikna lan hamba jukut kulite," ceritane Laksito soal kedadiyan mau ning sawah.
"O.. kaya kuwe. terus kulite neng endhi?" takone Gusti Kanjeng.
"Neng sake hamba."
bener juga, sawise kulit kuwe dintokna lan didokon ning meja, ujug-ujug awake Laksito nongol katon. Kiye juga sing nggawe Bi Ojah sing sing mau meneng, dadi mundur kaget.
"Wah, Laksito, kowen wis katon," Bi Ojah gemboran.
Laksito gemuyu plong. Gusti Kanjeng Bupati manthuk-manthuk ngerteni.
"To, kulit ula kuwe aku simpen," jare Gusti Kanjeng karo penuduhe nuding ning kulit ula kuwe nein tanda karo Laksito go dijukutna terus diserahna karo dheweke.
Tapi alus-alusan Laksito nolak. "Ampun, Gusti, kulit kiye ndeke hamba."
"Pan nggo apa, To? Laka gunane denggo kowen," Gusti Bupati ngrayu Laksito.
"Ampun, Gusti. Karena sing nemu hamba, dadi ya hamba sing berhak nduweni benda kiye," jawabe Laksito.
"Laka gunane ning kowen, cepet wekena aku!" kanjenge gemboran maksa ning Laksito.
"Ampun, Gusti, hamba ora bisa." Laksito tetep teteg.
Teruse Gusti Bupati karo Laksito rebutan. Lantaran Laksito wedi benda kuwe bakal kecekel karo bupatine, Laksito cepet-cepet manjingna benda kuwe ning cangkeme, lan tanpa disengaja benda kuwe keeleg.
Gusti Bupati mung bisa nahan emosine, waktu weruh benda kuwe keeleg. Satitik-titik awake Laksito ngilang.
"Maapna hamba, Gusti, hamba wis wani karo Gusti," ujare Laksito lirih. Bupati narik napas.
"Aku nyesel wis maksa kowen, Laksito. Sebenere memang kuwe hake kowen, tapi aku maksa, dadi akhire kaya kiye, aku nyesel. Maapna aku, Laksito." Bupatine nyesel. Terus bupatine nglanjutna ngomong, "Kiye mungkin wis takdire kowen, Laksito, kowen wujude wis laka. Aku njaluk karo kowen, tulung kowen jaga rakyate aku yaiku rakyat Brebes. Terus, lantaran kowen nesih jejaka lan mangan kulit ula poleng, dadi saiki kowen tak arani Jaka Poleng."

Sabtu, 24 Januari 2015

Sejarah Kabupaten Brebes

Kabupaten Brebes (bahasa Jawa: ꦨꦽꦧꦼꦱ꧀) adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah penduduknya sekitar 1.732.719 jiwa (2010). Ibukotanya ada di Kecamatan Brebes. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah, dan paling luas di Jawa Tengah ke-2 setelah Kabupaten Cilacap.

Daftar isi

Sejarah

Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Brebes. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair. Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mbrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya.
Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal.
Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap disebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes.

Geografi

Peta Administrasi Provinsi Jawa Tengah
Peta Wilayah Banyumasan
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem, Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.

Karakteristik wilayah pantai

Pantai yang berada di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai besar dan kecil yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke arah laut (prograding). Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta (Delta Losari dan Pemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) dan pantai lurus (Randusanga). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus.
Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.
Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5 meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur, kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai kedalaman laut berubah secara gradual (morfologi dasar lautnya landai) dengan pola garis kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya.
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai ± 72,93 km yang meliputi 14 desa di 5 kecamatan memiliki potensi yang tak ternilai bagi masyarakat. Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang produktif, tetapi juga sebagai gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan juga sebagai tangki pencerna bahan buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya sumber alam yang terkandung di dalamnya, hayati maupun non hayati serta aneka kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahkan menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat di masa mendatang.

Nama-nama sungai

Sebagai daerah yang mempunyai wilayah cukup luas yang terdiri dari pegunungan dan wilayah pantai, terdapat sungai-sungai yang mempunyai arus cukup deras terutama saat musim hujan. Aliran sungai yang melintas pada umumnya membentang dari arah dataran tinggi di wilayah selatan (daerah hulu), ke dataran rendah di wilayah utara (daerah hilir) menuju ke Laut Jawa yaitu:

Pemerintahan

Satuan kerja perangkat daerah

  • Sekretariat Daerah
  • Sekretariat DPRD
  • Badan Perencana Pembangunan Daerah
  • Inspektorat Daerah
  • Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
  • Badan Kepegawaian Daerah
  • Dinas Pendidikan
  • Dinas Perindustrian dan Perdagangan
  • Dinas Perikanan dan Kelautan
  • Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura
  • Dinas Peternakan
  • Dinas Kehutanan dan Perkebunan
  • Dinas Pariwisata, Kebudayaan,Pemuda dan Olah Raga
  • Dinas Perhubungan
  • Dinas Kesehatan
  • Dinas Sosial
  • Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
  • Kantor Pengolahan Data dan Kearsipan
  • Kantor Informasi dan Kehumasan
  • Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
  • Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
  • Dinas Koperasi dan UKM
  • Kantor Lingkungan Hidup

Daftar Bupati dan Wakil Bupati Brebes

Bupati Brebes
Lambang Kabupaten Brebes.png
BERHIAS - Bersih, Hijau, Indah, Aman, Sehat
Kediaman resmi Pendopo Kabupaten Brebes
Menjabat selama 5 Tahun
Pemegang pertama Tumenggung Arya Suralaya
Dibentuk 18 Januari 1678
Bupati Brebes.
No Foto Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan / Refrensentatif
1. - Tumenggung Arya Suralaya 1678 1683  
2. - Tumenggung Pusponegoro I ---- ----  
3. - Tumenggung Pusponegoro II 1683 1809  
4. - Tumenggung Pusponegoro III ---- ----  
5. Bupati Brebes ke-5.jpg Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda I (Sura) 1809 1836  
6. - Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda II (Karta) 1836 1856  
7. - Kanjeng Adipati Ariya Singasari Panatayuda III (Sarya) 1856 1876  
8. - Raden Tumenggung Cakra Atmaja 1876 1880  
9. - Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara I 1880 1885  
10. - Raden Mas Tumenggung Sumitra, kemudian berganti nama
menjadi Raden Mas Adipati Ariya Cakranegara II
1885 1907  
11. - Raden Mas Martanam (Sawergi III) 1907 1929  
12. Bupati Brebes ke-13.jpg Kanjeng Raden Tumengung Mas Ariya Purnama Hadiningrat 1920 1929  
13. Bupati Brebes ke-12.jpg Raden Sajikun 1929 1929  (hanya 8 bulan)
14. Bupati Brebes ke-14.jpg Raden Adipati Ariya Sutirta Pringga Haditirta 1931 1942  
15. - Raden Sunarya 1942 1945  
16. Bupati Brebes ke-16.jpg Sarimin Reksadiharja 1945 1946  
17. Bupati Brebes ke-17.jpg K.H. Syatori 1946 1947  
18. - Raden Awal 1947 1947  
19. Bupati Brebes ke-19.jpg Agus Miftah 1947 1948  
20. - Raden Sumarna 1948 1950  
21. Bupati Brebes ke-21.jpg Mas Slamet 1950 1956  
22. Bupati Brebes ke-22.jpg Raden Mardjaban 1956 1966  
23. Bupati Brebes ke-23.jpg Raden Haji Sartono Gondosoewandito, S.H. 1967 1979  
24. Bupati Brebes ke-24.jpg H. Syafrul Supardi (Kolonel) 1979 1989  
25. Bupati Brebes ke-25.jpg H. Hardono (Kol. CZI) 1989 1994  
26. Bupati Brebes ke-26.jpg H. Syamsudin Sagiman 1994 1999  
27. Bupati Brebes ke-27.jpg H. Mohammad Tadjudin Noor Aly 1999 2001  
28. Wabub tri h ke-28.jpg Drs. H. Tri Harjono (PLTH) Mei 2001 Juli 2002  
29. Bupati Brebes ke-29.jpg H. Indra Kusuma, S.Sos. Juli 2002 Agustus 2010  
30. Bupati Brebes ke-30.jpg H. Agung Widiyantoro, S.H., M.Si. 10 Mei 2011 4 Desember 2012  
31. Idza Priyanti.jpg Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E. 4 Desember 2012 Petahana  masih Menjabat
Wakil Bupati Brebes
Lambang Kabupaten Brebes.png
BERHIAS - Bersih, Hijau, Indah, Aman, Sehat
Wabup sunarjo.jpg
Petahana
Narjo

Sejak 4 Desember 2012
Kediaman resmi Rumah Dinas Wakil Bupati Brebes
Menjabat selama 5 Tahun
Pemegang pertama H. Achmad Faris Sulchaq, S.H., SpN.
Dibentuk Kabupaten Brebes18 Januari 1678
Wakil Bupati Brebes.
No Foto Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan
1. Wabub h. faris s.jpg H. Achmad Faris Sulchaq, S.H., SpN. 2002 2007  
2. Wabub agung w.jpg H. Agung Widiyantoro, S.H., M.Si. Desember 2007 Mei 2011  
3. Idza Priyanti.jpg Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E. November 2011 Desember 2012  
4. Wabup narjo.jpg Narjo 4 Desember 2012 Petahana  masih Menjabat

Perwakilan

DPRD Kabupaten Brebes hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:
Partai Kursi  %
PDIPLogo.png 13 Kursi 26 %
Logo GOLKAR.jpg 7 Kursi 14 %
Pkb.jpg 7 Kursi 14 &
Democratic Party (Indonesia).svg 6 Kursi 12 %
Contoh Logo Baru PKS.jpg 5 Kursi 10 %
Logo Partai Amanat Nasional.jpg 4 Kursi 8 %
Ppp-logo.jpg 4 Kursi 8 %
Gerindra.jpg 2 Kursi 4 %
HANURA.jpg 1 Kursi 2 %
Logo PDK.jpg 1 Kursi 2 %
Total 50 Kursi 100 %

Pembagian Wilayah Administratif

Secara administratif Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan, yang terdiri atas 292 desa dan 5 kelurahan.
Dalam Pola Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Brebes termasuk Wilayah Pembangunan II dengan pusat di Tegal. Kabupaten Brebes sendiri dalam perwilayahan pembangunan dibagi menjadi 3 Sub Wilayah Pembangunan (SWP) yaitu:
  1. SWP Ia, dengan pusat di Brebes, meliputi Kecamatan Brebes, Wanasari, Jatibarang dan Songgom. Sektor yang dapat dikembangkan adalah pertanian, khususnya sub sektor perikanan, sector perdagangan/ jasa dan sektor pemerintahan.
  2. SWP Ib, dengan pusat di Tanjung, meliputi Kecamatan Tanjung, Losari dan Bulakamba. Sektor yang dapat dikembangkan adalah sector perdagangan dan pertanian.
  3. SWP II, dengan pusat di Ketanggungan meliputi Kecamatan Ketanggungan, Banjarharjo, Larangan dan Kersana. Sektor yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan antara lain meliputi sayur mayur, bawang merah dan lombok serta sektor pemerintahan.
  4. SWP III, dengan pusat di kota Bumiayu meliputi Kecamatan Bumiayu, Tonjong, Sirampog, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem. Sektor yang dikembangkan adalah sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan.
Berikut daftar kecamatan dan kelurahan atau desa di kabupaten Brebes beserta kodeposnya:
Kecamatan Kode Pos Kelurahan / Desa
Banjarharjo 52265 Bandungsari· Banjar Lor· Banjarharjo· Blandongan· Ciawi· Cibendung· Cibuniwangi· Cigadung· Cihaur· Cikakak· Cikuya· Cimunding· Cipajang· Dukuhjeruk· Karangmaja· Kertasari· Kubangjero· Malahayu· Parireja· Penanggapan· Pende· Sindangheula· Sukareja· Tegalreja· Tiwulandu
Bantarkawung 52274 Bangbayang· Banjarsari· Bantarkawung· Bantarwaru· Cibentang· Cinanas· Ciomas· Jipang· Karangpari· Kebandungan· Legok· Pangebatan· Pakiringan· Pengarasan· Sindangwangi· Tambakserang· Telaga· Terlaya· Waru
Brebes 52211 Pasarbatang
52212 Brebes
52213 Pulosari
52214 Padasugih· Wangandalem
52215 Gandasuli
52216 Banjaranyar
52217 Kaligangsa Kulon· Kaligangsa Wetan
52218 Limbangan Wetan
52219 Kalimati· Kaliwlingi· Kedunguter· Krasak· Lembarawa· Limbangan Kulon· Pagejugan· Pemaron· Randusanga Kulon· Randusanga Wetan· Sigambir· Tengki· Terlangu
Bulakamba 52253 Bangsri· Banjaratma· Bulakamba· Bulakparen· Bulusari· Cimohong· Cipelem· Dukuhlo· Grinting· Jubang· Karangsari· Kluwut· Luwungragi· Pakijangan· Petunjungan· Pulogading· Rancawuluh· Siwuluh· Tegalglagah
Bumiayu 52273 Adisana· Bumiayu· Dukuhturi· Jatisawit· Kalierang· Kalilangkap· Kalinusu· Kalisumur· Kaliwadas· Langkap· Laren· Negaradaha· Pamijen· Panggarutan· Pruwatan
Jatibarang 52261 Bojong· Buaran· Janegara· Jatibarang Kidul· Jatibarang Lor· Kalialang· Kalipucang· Karanglo· Kebogadung· Kebonagung· Kedungtukang· Kemiriamba· Kendawa· Kertasinduyasa· Klampis· Klikiran· Kramat· Pamengger· Pedeslohor· Rengasbandung· Tegalwulung· Tembelang
Kersana 52264 Ciampel· Cigedog· Cikandang· Jagapura· Kemukten· Kersana· Kradenan· Kramatsampang· Kubangpari· Limbangan· Pende· Sindangjaya· Sutamaja
Ketanggungan 52263 Baros· Buara· Bulakelor· Ciduwet· Cikeusal Kidul· Cikeusal Lor· Ciseureuh· Dukuhtengah· Dukuhbadag· Dukuhturi· Jemasih· Karangbandung· Karangmalang· Ketanggungan· Kubangjati· Kubangsari· Kubangwungu· Padakaton· Pamedaran· Sindangjaya· Tanggungsari
Larangan 52262 Kamal· Karangbale · Kedungbokor · Larangan · Luwunggede · Pamulihan · Rengaspendawa · Siandong · Sitanggal · Slatri · Wlahar · Poncol
Losari 52255 Babakan· Blubuk · Bojongsari · Dukuhsalam · Jati Sawit · Kalibuntu · Karangdempel · Karangjunti · Karangsambung · Kecipir · Kedungneng · Limbangan · Losari Kidul · Losari Lor · Negla · Pekauman · Pengabean · Prapag Kidul · Prapag Lor · Radegan · Randusari · Rungkang
Paguyangan 52276 Cilibur · Cipetung · Kedungoleng · Kretek · Pagojengan · Paguyangan · Pakujati · Pandansari · Ragatunjung · Taraban · Wanatirta · Winduaji
Salem 52275 Banjaran · Bentar · Bentarsari · Capar · Ciputih · Citimbang · Gandoang · Ganggawang · Gunung Larang · Gunung Sugih · Gunung Tajem · Indrajaya · Kadumanis · Pabuaran · Pasir Panjang · Salem · Tembongraja · Gunung Jaya · Wanoja · Windu Sakti · Winduasri
Sirampog 52272 Batursari · Benda · Buniwah · Dawuhan · Igirklanceng · Kaligiri · Kaliloka · Manggis · Mendala · Mlayang · Plompong · Sridadi · Wanareja
Songgom 52266 Cenang · Dukuhmaja · Gegerkunci · Jatimakmur · Jatirokeh · Karangsembung · Songgom · Songgom Lor · Wanacala · Wanatawang
Tanjung 52254 Karangreja · Kedawung · Kemurang Kulon · Kemurang Wetan · Krakahan · Kubangputat · Lemah Abang · Luwung Gede · Luwungbata · Mundu · Pejagan · Pengaradan · Sarireja · Sengon · Sidakaton · Tanjung · Tegongan · Tengguli
Tonjong 52271 Galuh Timur · Kalijurang · Karangjongkeng · Kutamendala · Kutayu · Linggapura · Negarayu · Pepedan · Purbayasa · Purwodadi · Rajawetan · Tanggeran · Tonjong · Watujaya
Wanasari 52221 Pesantunan
52222 Pebatan
52252 Dukuhwringin · Dumeling· Glonggong · Jagalempeni · Keboledan · Kertabesuki · Klampok · Kupu · Lengkong · Sawojajar · Siasem · Sidamulya · Sigentong · Sisalam · Siwungkuk · Tanjungsari · Tegalgandu · Wanasari

Transportasi

Ibukota kabupaten Brebes terletak sekitar 177 km sebelah barat Kota Semarang, atau 330 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini dilalui jalur pantura, dan menjadi pintu masuk utama Jawa Tengah di sisi barat dari arah Jakarta/Cirebon, sehingga Brebes memiliki posisi yang cukup strategis. Selain itu, juga terdapat jalan provinsi sebagai jalur alternatif menuju ke kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan seperti Purwokerto, Kebumen, dan Yogyakarta.
Terdapat pula Jalan Tol yang menguhubungkan provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah yaitu ruas jalan tol Kanci - Pejagan sepanjang 35 KM yang 12 KM di antaranya melintasi wilayah Kabupaten Brebes yang pintu gerbangnya terdapat di desa Tegongan.Dengan adanya jalan tol ini, lalu-lintas semakin lancar terutama untuk yang menuju arah Purwokerto/Yogyakarta apalagi saat musim mudik lebaran.
Ada dua jalur rel kereta api dari arah Jakarta/Cirebon, yakni jalur menuju timur (Semarang) dan jalur menuju selatan (Purwokerto). Stasiun kereta api utama adalah Stasiun Brebes, di samping stasiun lainnya seperti: Tanjung, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Bumiayu, dll.

Perekonomian

  • Pertanian dan perkebunan
Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional. Pusat bawang merah tersebar di 11 kecamatan (dari 17 kecamatan) dengan luas panen per tahun 20.000 - 25.000 hektare.
sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tonjong, Losari, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Jatibarang, dan sebagian Banjarharjo.
Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan di Brebes. Dari sekitar 1,7 juta penduduk Brebes, sekitar 70 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 53 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes, yang 50 persen dari pertanian bawang merah. Budidaya bawang merah diperkirakan mulai berkembang di Brebes sekitar tahun 1950, diperkenalkan warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Brebes. Hingga kini budidaya bawang merah menjadi napas kehidupan masyarakat.
Berbagai varietas bawang unggulan juga dihasilkan dari Brebes, antara lain varietas Bima Brebes yang berwarna merah menyala, rasa lebih pedas, dan lebih keras dibandingkan bawang dari luar daerah atau luar negeri. Saat ini, sekitar 23 persen pasokan bawang merah nasional berasal dari Brebes. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah, Brebes memasok sekitar 75 persen kebutuhan bawang merah.
Di sektor pertanian sebagai sektor dominan, Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan bawang merah, namun terdapat komoditas lain. Berbagai komoditas lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan bagi para investor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kabupaten Brebes antara lain: kentang granula, cabe merah dan pisang raja, bawang daun dan kubis. Tanaman perkebunan yang berkembang antara lain: nilam, tebu, teh, cengkeh, kapas, kapulaga, mlinjo dan kopi jenis robusta. Produk buah - buahan yang cukup signifikan antara lain ; mangga, semangka dan rambutan.
  • Peternakan
Di luar sektor pertanian dan perkebunan, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi hijauan makanan ternak yang melimpah dan tersebar hampir di setiap kecamatan. Kondisi itu menjadikan kabupaten ini berkembang berbagai usaha peternakan baik jenis ternak besar maupun kecil antara lain; ternak sapi (jenis lokal sapi jabres), kerbau, domba, kelinci rex, ayam petelur, ayam kampung, ayam potong dan itik. Telur hasil ternak itik diolah oleh masyarakat setempat menjadi produk telur asin yang popularitas atas kualitasnya sangat dikenal dan tidak diragukan. Banyak yang menyebut Brebes adalah Kota Telur Asin.
  • Kehutanan
Di sektor kehutanan yang tersebar diwilayah bagian selatan, komoditas yang menjadi unggulan yaitu jati, pinus, mahoni dan sonokeling yang produksinya cukup mengalami peningkatan.
  • Pertambangan dan bahan galian
Kabupaten Brebes memiliki beberapa potensi sumber daya mineral yang potensial untuk dieksploitasi, meliputi batu kapur, trass, batu splite, dan batu bata, serta potensi sumber minyak bumi dan panas bumi.
  • Cadangan batu bara muda
Di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, ditemukan potensi cadangan batu bara muda di desa Bentarsari sebanyak 24,24 juta ton dengan kandungan minyak mencapai 5,30 liter per ton berdasarkan temuan Kementerian ESDM pada tahun 2008. Kandungan batu bara muda ini baru dapat dimanfaatkan sekitara 50 sampai 100 tahun ke depan karena menunggu proses pelapukan dan pengkristalan
  • Perikanan
Sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk mengembangkan produksi perikanan yakni Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandeng, udang windu, kepiting, rajungan, teri nasi, mujair dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi.
  • Industri
Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam membantu laju perekonomian, oleh sebab itu keberadaan industri sebagai salah satu pilar perekonomian di Kabupaten Brebes telah memberi pengaruh dalam perekonomian daerah, meskipun secara demografi mata pencaharian sebagaian besar penduduk adalah sebagai petani.Kegiatan Industri di Kabupaten Brebes dibagi menjadi beberapa kelompok dan cabang yaitu kelompok industri formal cabang agro, kelompok indutri formal cabang tekstil dan kelompok indutri formal cabang logam, mesin dan elektronik.Industri yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga.
Kelompok industri besar merupakan industri formal agro (pabrik teh, pabrik jamur, pabrik gula dan gondorukem).Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka.
Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka.
Sektor industri yang potensial untuk dikembangkan adalah industri garam iodium diwilayah Kecamtan Wanasari dan Bulakamba, Industri garam curah dengan sentra produksi di wilayah kecamatan Losari, Tanjung, Wanasari dan Brebes, dan industri pengolahan bawang merah

Sarana kesehatan

Disamping adanya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di seluruh ibukota kecamatan dan di beberapa desa, terdapat pula rumah sakit - rumah sakit baik yang dikelola pemerintah maupun swasta yaitu:

Sarana pendidikan

Selain telah meratanya sarana pendidikan dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, terdapat pula beberapa perguruan tinggi.
No Logo Nama Perguruan Tinggi Rektor/Ketua/Direktur Alamat Kecamatan Status
1. Umus.png Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Prof. Dr. Ir. H. Taswin Rahman Tagama, S.U. Jl. Pangeran Diponegoro Km.2, Pesantunan Wanasari   Swasta
2. Stai brebess.jpg Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes (STAIB) Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Jl. Yos Sudarso No.36, Brebes Brebes   Swasta
3. Stie islam bmy.jpg Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam Bumiayu Dr. Suliyanto, S.E, M.M. Jl. Raya Pagojengan KM.3, Pagojengan Paguyangan   Swasta
4. Stie widya m.jpg Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggalia Drs. Bambang Soetedjo Jl Jend.Sudirman No. 165-167, Brebes Brebes   Swasta
5. Stkip islam bmy.jpg Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Islam Bumiayu Drs. Panji Agus Triharso, M.Pd. Jl. Raya Pagojengan KM.3, Pagojengan Paguyangan   Swasta
6. Akbid ypbhk brebes.jpg Akademi Kebidanan YPBHK Brebes Tatirah, S.S.T. Jl. Raya Jatibarang KM.8, Janegara Jatibarang   Swasta
7. Akper al hikmah.png Akademi Keperawatan Al-Hikmah dr. H. Zunan Arif Budi Santoso, M.M. Jl. Raya Benda, Pon-pes Al-Hikmah 2 Benda Sirampog   Swasta

Pariwisata

Bangunan dan tempat bersejarah

Kebanyakan tempat yang bersejarah yang berbentuk arsitekur bangunannya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda
  • Kompleks Pendopo Kabupaten Brebes
Masjid Agung Brebes

Wisata kuliner dan makanan khas

  • Telur asin asli khas Brebes yang banyak di jual di kios-kios sebelah barat jembatan Kali Pemali
  • Sate kambing muda khas Brebes dengan bumbu kecap, bawang dan cabe rawit, yang tersebar disejumlah tempat seperti di pertigaan Tanjung, Kota Brebes, Ketanggungan dan Jatibarang dan tempat lainnya.
  • Rujak Belut Mak Ribut di desa Cigedong
  • Kupat Blengong dan Sate Blengong, merupakan sate yang terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat, banyak terdapat di warung sekitar alun-alun kota Brebes
  • Pusat penjualan telur asin asli Brebes dan oleh - oleh khas Brebes lainnya di sepanjang Jl. Jend. Sudirman Ketanggungan
  • Bandeng Presto Duri Lunak khas Brebes yang banyak diproduksi oleh warga di sekitar Limbangan kota Brebes
  • Nasi lengko, menu sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap.
  • Tape ketan daun jambu, terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa.
  • Teh Poci Wasgitel, yaitu minuman teh yang wangi, sepet, legi dan kentel, merupakan minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal yang penyajiannya menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu.
  • Kerupuk rambak yang diprodukis di wilayah Bumiayu, Brebes yang terbuat dari kulit kerbau.
  • Kerupuk rambak (terbuat dari kulit lembu), di daerah Bumiayu
  • Bakso Dengkil, Kersana

Seni dan budaya

Kesenian daerah yang berkembang antara lain:

Rupa-rupa

Bahasa

  • Bahasa Jawa: Brebes Kota, Jatibarang, Songgom, Tonjong, Sirampog, Paguyangan
  • Bahasa Sunda Brebes: Wanasari, Bulakamba, Larangan, Tanjung, Losari, Ketanggungan, Banjarharjo, Salem, Bantarkawung, Kersana
  • Netral: Bumiayu, Bantarkawung, Ketanggungan, Banjarharjo, Losari, Kersana

Tokoh terkenal

Berikut beberapa tokoh baik yang berskala nasional maupun daerah yang dilahirkan di Kabupaten Brebes

Legenda dan cerita rakyat

Berikut ini beberapa legenda dan cerita rakyat Brebes sebagai berikut:

Organisasi masyarakat dan mahasiswa

Alamat instansi

  • Kantor Bupati, Jl. P. Diponegoro No. 141 Brebes
  • Pendopo / Rumah dinas Bupati Brebes, Jl. Singosari Panotoyudo No. 1 (Kompleks Alun-alun) Brebes
  • Gedung DPRD, Jl. Gajah Mada, Brebes
  • Markas Kodim0713 Brebes, Jl. Jend. Sudirman
  • Polres Brebes, Jl. Jend. Sudriman No. 74 Brebes
  • Kejaksaan Negeri Brebes, Jl. Gajah Mada No. 66 Brebes
  • Pengadilan Negeri Brebes, Jl. A. Yani No. 89 Brebes
  • Badan Pusat Statistik (BPS) Brebes, Jl. MT. Haryono No. 74 Brebes
  • Badan Pertanahan Nasional/BPN Brebes, Jl. Yos Sudarso No. 3 Brebes
  • Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Bumiayi, Jl. Yos Sudarso No. 8 Brebes
  • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah / Bappeda, Jl. Jend. Sudirman No. 159 Brebes
  • Dinas Pekerjaan Umum, Jl. Jend. Sudirman No. 159 Brebes
  • Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jl. Jend. Sudirman No. 187 Brebes
  • Dinas Kesehatan, Jl. Dr. Wahidin No. 2 Brebes
  • Dinas Kelautan dan Perikanan, Jl. Yos Sudarso No. 8 Brebes
  • Dinas Peternakan, Jl. Jend. Sudirman No. 163 Brebes
  • Dinas Perhubungan, Jl. Veteran No. 14 Brebes
  • Kantor Lingkungan Hidup, Jl. jend. Sudirman No. 163 Brebes
  • Kantor Lembaga Perlindungan Konsumen KOMNAS LKPI, Jl. P. Diponegoro No.12 Ruko Pasar Grosir Brebes
  • Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Jl. Sultan Agung No. 84 KM 2 Pulosari Brebes

Beberapa proyek besar yang sedang dilaksanakan

  • Proyek pembuatan jalan tol ruas pejagan - Pemalang di seksi I dan II Pejagan - Brebes sepanjang 20,6 KM sebagai bagian tol trans jawa
  • Proyek pembuatan jalan lingkar utara Brebes - Tegal
  • Proyek pembangunan Kantor Pemerintahan Terpadu (KPT)

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses 2013-02-15.

Pranala luar

Kategori: