Bloge Wong Brebes

Selamat Datang Di Bloge Wong Brebes

Minggu, 25 Januari 2015

Asal-Usul Desa-desa Di Kota Brebes

Asal Usul Desa Pasarbatang
Pada zaman dahulu kala didaerah Brebes termasuk daerah jajahan Belanada. Suatu hari seorang pemimpin penduduk dari daerah Sawojajar berusaha untuk menyulut semangat rakyat untuk melawan penjajah tersebut, kemudian rakyat tersebut pun berbondong-bondong menuju markas para penjajah tersebut, sesampainya didaerah Pemali dekat Pendopo Brebes rombongan rakyat Sawojajar tersebut bertemu dengan rombongan rakyat lain dari daerah yang sekarang bernama Kauman yang dipimpin oleh seorang tokoh agama atau Kyai. Tak lama kemudian mereka sampai tempat tujuan dan peperangan pun pecah, para rombongan berperang gagah tangguh, dengan alat seadanya meskipun dengan alat bambu runcing dan parang tajam yang sederhana mereka dapat melumpuhkan sebagian pasukan. Mereka menebas kepala Belanda tanpa ampun dan menusuk seruncing bambu agar menancap di tubuh para panjajah hingga mati perlahan.
Setelah hampir sebagian besar para penjajah hampir kalah, Belanda pun meminta bantuan kepada para pasukan terdekat dibeberapa daerah untuk bergabung dan membawa senapan mesin, disini lah para pahlawan kita kewalahan mundur mencari perlindungan dan banyak para rakyat yang tewas karena senjata penjajah tersebut. Dan para pejuang yang masih hidup itu belari kearah utara yang kebetulan sebagian daerah tersebut bekas hutan yang di jadikan tanah lapak yang luas dan masih sedikit orang yang menetap di sana, sebagian bersembunyi sebagian lagi menjaga daerah depan, belakang dan samping.
Tetapi bagaimanapun tenaga para pejuang tiada berdaya karena kekurangan stok makanan dan kurangnya istirahat. Akhirnya pun sebagian dari yang tersisa tertangkap dan di bunuh dengan sadisnya, kekalahan para pejuang pun tidak terelakan lagi, banyak mayat manusia yang bergeletakkan disana sini.
Pada akhirnya daerah yang penuh mayat manusia tersebut banyak sekali tergeletak seperti Pasar Mayat, lambat laun daerah tersebut di penuhi penduduk dan mereka menyebut daerah tersebut dengan “PASARBATANG”, “Pasar” yang berarti tempat ramai, sedangkan “Batang” berarti Bangkai/ Mayat.
 Versi cerita lain mengatakan bahwa nama Pasarbatang diambil dari nama penduduk daerah batang yang banyak berdagang kemudian menjadi pasar didaerah tersebut yang sekarang dinamakan Pasarbatang.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Tengki
Dahulu kala, ada seorang warga cina yang sedang menelusuri hutan. Dari hutan ke hutan beliau telusuri hingga sampai di hutan yang menurutnya bisa untuk disinggahi dan untuk meneruskan serta melangsungkan hidupnya. Di pinggir hutan, beliau mendirikan gubug kecil sebagai tempat istirahat dikala rasa penat dan lelah menjeratnya. Beliau bernama “TENGSEN”. Ketika beliau datang ke hutan ini, beliau selalu di terangi oleh lampu gantung yang di bawanya kala itu. Setiap hari beliau menjual hasil hutannya kepasar demi memenuhi kebutuhan sehar-hari. Karena pada saat itu di hutan beluma ada penghuninya maka tak heran jika disetiap beliau pergi tak pernah lupa membawa lampu gantung itu yang digunakan pula sebagai penerang jalan.
Suatu ketika, saat beliau berjualan di pasar, barang dagangan kemarin di jual masih tersisa, pasti di jualnya kembali di pagi harinya. Begitupun seterusnya. Saat itu juga beliau mengajak temannya untuk berkunjung kerumahnya itu. Disana, sang teman bertanya kepada tuan Tengsen tentang barang dagangan yang kemarin tersisa dari jualannya itu. Dan tuan Tengsen pun menjawab “Barang ini akan di jual lagi ketika pagi nanti di saat ku berjualan dipasar”.
Lambat laun, usia tuan Tengsen pun terus bertambah, hingga beliau tua dan tidak sanggup lagi untuk berjualan karena beliau sering sakit-sakitan. Alhasil , dikala tuan Tengsen sakit dan sebelum meninggal, beliau sempat bepesan kepada temannya tersebut untuk menamai Hutan tersebut menjadi suatu desa yang bernama “Desa Tengki” yang dalam bahasa jawanya “Ora Enteng Nganggo Sekiki” atau jika tidak habis untuk besoknya lagi. Setelah beliau meninggal, kemudian banyak orang yang berdatangan dan menetapdi Desa Tengki itu. Sehingga yang dulunya hutan belantara menjadi sebuah pemukiman warga yang mayoritas penduduknya adalah Petani.
Adapula yang mengatakan bahwa Desa Tengki terbentuk karena pada saat itu ada orang keturunan Arab yang membawa lentera minyak. Lentera tersebut menjadi bahan rebutan antara orang Arab dengan orang Cina. Adapula yang mengatakan pada zaman dahulu tentara Belanda membawa Tank dan bertempur di hutan tersebut hingga Desa Tengki Banyak mengandung Istilah Yaitu yang Pertama TENGKI (Ora teng go sekiki). Yang kedua (Teng nggo saiki) dan yang ketiga tempat minyak yaitu (Tangki) dan mobil Tank yang lama kelamaan berubah menjadi Tengki.
Kebudayaan yang ada:


~ Sedekah Bumi
~ Sedekah Laut
~ Unggah-unggahan
~ Burok
~ Sintren
~ Suranan
~ Mudun-mudunan

Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Banjaranyar Lor
Dahulu sebelum di bangun Desa yang terlihat adalah bentangan sawah yang tidak terlalu lebar, yang diapit oleh dua Desa Di sebelah timur Desa Kaligangsa dan sebelah barat Desa Limbangan. Sawah-sawah yang tidak terlalu lebar itu di tanami berbagai macam sayuran dan padi oleh pemiliknya. Sawah tersebut dominan milik warga Desa banjaranyar.
Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan, haripun berganti hari salah, satu petani warga banjaranyar mempunyai keturunan dan ingin memberi warisan sebuah sawah untuk di kerjakanya akan tetapi sawah yang di warisi itu pun tidak lagi untuk ditanami, melainkan untuk di jadikan rumah dengan alasan untuk tempat berteduh. Akhirnya jadilah rumah anak petani di tengah tengah sawah.
Suatu ketika petani lain mulai resah dan tidak mau melanjutkan pekerjaan bertani karena tidak  setiap panen menghasilkan keuntungan melainkan rugi yang di dapat. Oleh sebab itu sebagian petani  mulai mengganti  provesinya  sebagai pedagang karena tidak mempunyai modal, maka sawah tersebut di jual, ada pula karena faktor keuangan dan faktor warisan. Karena faktor itu jadilah sebuah desa akan tetapi warga yang menetap kebingungan dan ada salah satu warga mengusulkan nama Banjaranyar Lor karena dahulu merupakan sawah didominan milik warga Banjaranyar. Nama lor dikarenakan logat dari penduduk di sekitar dan Desa yang paling utara.
Ada beberapa pendapat orang  mengenai  Banjaranyar lor yang dahulu juga disebut dengan banjaranyar sidakna  karena warga ingin membangun sebuah desa atau istilahnya desa yang baru jadi.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Cipugur
Pada suatu pedesaan yang terpencil hiduplah seorang pemuda dengan keluarganya, ia belum menikah dan masih tinggal dengan orang tuanya. Suatu hari ia pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar di dekat pedesaan, kemudian pemuda tersebut merasa kelelahan dan ia memutuskan untuk istirahat sejenak, ia pun mencari tempat peristirahatan di bawah pohon yang cukup rindang dan sejuk. Kemudian mencari sesuatu yang sekiranya dapat di makan dan di minumnya, terlihatlah pohon dukuh yang berbuah manis, pemuda itu pun mengambil dan memakannya serta berfikir untuk menebang pohonnya untuk tambahan kayu bakarnya tersebut.
Pemuda tersebut pun menebangnya dan bergegas pulang menuju rumahnya, keesokan harinya pemuda itu kembali mencari kayu bakar lagi di hutan, setelah ia sudah mencari kayu bakar kemudian bergegaslah ia menuju pohon dukuh yang kemarin di tebangnya. Dengan sangat mengherankan sekali ia berkata “Haa.a.ah kenapa pohon ini tumbuh lagi????” ujarnya.
Akhirnya pemuda itu pun kembali untuk menebangnya untuk kedua kalinya, setelah beberapa hari lagi ia menemukan pohon dukuh itu tumbuh lagi dengan subur dan berbuah, pemuda tersebut pun heran bukan kepalang karena mana mungkin pohon yang sudah di tebang sampai dua kali masih tetap tumbuh dengan sangat cepatnya hanya dengan hitungan hari dan malah lebih cepat lagi.
Pemuda itu belari menuju perkampungan dan mengabarkan temuannya tersebut kepada seluruh warga desa, warga pun menyukai pohon dan buahnya itu karena manisnya, dan warga pun mengusulkan untuk menjadikan pohon dukuh tersebut sebagai nama desanya.
Dari situlah nama Desa “Dukuh Cipugur” yang artinya Pohon dukuh yang tumbuh di suatu perkampungan yang subur.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah
Asal Usul Desa Pulosari
Dahulu ada aliran sungai di bagian hilirnya tidak teratur, mulai di desa yang sekarang disebut “Buaran”. Air yang mengalir kearah barat dan ada pula yang menaglir kearah timur. Di antara cabang-cabang sungai itu terjadilah pengendapan yang dinamakan Delta. Penduduk sekitar menyebutnya “pulo/pulau”. Karena tampaknya memang seperti pulau kecil yang di kelilingi air. Meskipun di Delta itu masih banyak semak belukar tetapi masih ada yang tinggal disitu. Dia adalah seorang laki-laki yang berhidung besar bagaikan bawang merah yang bulat. Karena orang-orang menyebutnya “Mbah Penthul”.
Mbah Penthul adalah orang yang ceria, ramah, jenaka tetapi juga pemberani. Pada suatu hari, ada seekor harimau kumbang yang dapat di tangkapnya. Orang-oarang setempat mengetahui keberanian Mbah Penthul, lalu menyebutnya pentol atau pentolan. Harimau kumbang yang di tangkapnya dapat di jinakkan dan di pelihara dengan baik. Harimau tersebut di namakan”Kumbang Sari”. Makin lama Mbah Penthul terkenal di pulau itu, bahkan kadang-kadang mampu berbuat ajaib sehingga beliau di keramatkan oleh penduduk sekitarnya yang berada di sekitar tempat tinggalnya Mbah Penthul itu di sebuah delta atau pulau atau pulo dan beliau memelihara harimau yang di namai dengan kumbang sari.
Maka desa tersebut di beri nama pulau sari. Karena logat orang Brebes yang medhok dan ngapak-ngapak berubahlah nama desa tersebut menjadi “Desa Pulosari”.
Sumber: Anak Peduli Bangsa dan Sejarah


 









Brebes Terkenal akan Bawang Merah  dan Telor Asinnya, dan sudah menjadi Icon sebagai lambang dari Kekayaan alam yang terdapat di Brebes.
            Serta terdapat tempat wisata yang sangat mengasikkan untuk di kunjungi di Brebes, di antaranya:
Pantai Randusanga atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pantai Randusanga Indah (Parin) berlokasi di Randusanga Kulon sekitar 7 KM ke arah utara dari jalan raya Pantura kota Brebes. Obyek wisata ini sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes yang dibangun sekitar tahun 2001, dan untuk saat ini keberadaannya dikelola oleh Kantor Pariwisata Kabupaten Brebes. Di sepanjang jalan menuju pantai Randusanga akan banyak ditemui perkebunan bawang merah yang terhampar luas, sedangkan mendekati lokasi pantai, akan banyak di temui tambak- tambak yang umumnya digunakan untuk budidaya bandeng  dan rumput laut.
Di lokasi pantainya sendiri akan dijumpai panorarama pantai yang masih alami disertai fasilitas mainan anak, mandi laut, panggung gembira, arena balap motor (grass track), camping ground, kafe dan rumah makan khas ikan laut bakar serta kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Brebes berupa telur asin dan bawang merah. Menjelang senja hari, para pengunjung dapat menikmati indahnya panorama terbenamnya matahari di cakrawala pantai.
Obyek Wisata Pantai Randusanga Indah memiliki panjang sekitar 2 Km dengan luas lahan sekitar 30 Ha, namun yang baru dikembangkan sekitar 10 Ha, berbagai atraksi wisata yang ada di obyek wisata ini yaitu atraksi wisata anak yang dilengkapi dengan panggung gembira anak-anak, kolam becak air dan waterboom, arena wisata remaja dan dewasa yang dilengkapi dengan bangunan pendopo, penggung hiburan terbuka dan kafe, arena wisata bahari berupa pemandangan laut yang dilengkapi dengan anjungan dan gazebo. Selain atraksi wisata, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas wisata untuk mendukung atraksi tersebut diantaranya yaitu mushola, toilet, fasilitas perdagangan, kantor pengelola dan lain sebagainya. Obyek wisata ini bisa menjadi trip alternatif untuk wisata sepeda atau jalan-jalan karena mempunyai garis pantai cukup panjang, dengan pasir pantainya yang tanpa batu dan udara laut yang segar sehingga menjadikan wilayah ini .
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan ,bahwa potensi pantai Randusanga sangat besar. Diantara potensi-potensi yang ada di pantai Randusanga ,yang paling bagus untuk dikembangkan untuk menjadi potensi binis secara online adalah potensi telur asin dan serta bawang merah yang ada disekitar pantai. Dengan cara promosi secara online diharapkan dapat meningkatkan wisatawan yang datang ke Randusanga, serta dapat meningkatkan penjualan hasil produksi diwilayah pantai Randusanga seperti Telor Asin dan Bawang merah.Disamping itu Potensi Tambak serata keanekaragaman jenis ikan terutama yang sangat berpotensi baik untuk bisa di jadikan usaha atau bisnis yang menjajikan bagi nelayan serta petambak yang ada diwilayah Pantai Randusanga.
            Dan masih banyak lagi yang pasti seru untuk berlibur dan untuk menghilangkan rasa penat anda.
 








     Masjid Agung Brebes         Pendopo Brebes






         



          Islamic Centre                Ciblon Boom











   KaliGua                      Waduk Malahayu

6 komentar:

  1. Mas saya keturunan brebes wilayah slatri. Skrg sya tgl di temiyang indramayu. Bisa minta info ga ttg siapa buyut sutalila.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbah sutalila punya saudara: kawel, nyi moncol, kasim, jayusman(buyut indu), sangka, dokon. Sy keturunan buyut Indu, saudaranya Sutalila/Sukalila,

      Hapus
  2. Lah tunggal buyut karo nyong, nyong gen anak putune buyut indu

    BalasHapus